Minggu, 20 Maret 2016

sepenggal asa dari kerikil pesisir Moramo Utara

Tatkala matahari sepenggalan naik
Tampak kontras membelah langit di garis - garis cakrawala
Memantapkan langkah kaki memulai perjalanan yang tidak terlalu jauh juga tidak nampak dekat dipelupuk mata
Membelah jalanan yang panjang membentang menuju pesisir Moramo Utara Sebuah wilayah yang dihimpit karang dan asinnya lautan beserta bakau yang tumbuh bak ilalang liar

Diri ini bak tamu yang disuguhi pemandangan semesta
Yang tampak bertasbih digaris khatulistiwa
Menggema bersama alunan denting palu yang beradu
Bak tentara yang mengangkat senjata
Para wanita paruh baya berpenutup wajah
Mengangkat palu sembari menjemput rezeki 

Sembari berdzikir lepas dhuha
Sembari bercucuran keringat
Sembari memperbaiki penutup wajahnya
Sembari menjemput secuil asa yang tertanam di dalam batu kerikil

Tapi pernahkah mereka mengemis ke senayan??
Pernahkah mereka memberontak di depan wali kota?
Pernahkah mereka telanjang muka di depan para pemegang kekuasaan?

Tidak. Bahkan mereka tidak pernah tahu siapa itu pemegang kekuasaan
Yang mereka tahu hanya bersujud dan berdzikir di waktu matahari sepenggalan naik
Berharap sang pemilik semesta menjatuhkan sekantung uang receh dari langit

Mereka buta akan huruf
Mereka buta akan warna
Mereka buta akan hukum
Tapi ketahuilah mereka tidak pernah buta akan nikmat Tuhan


Tanjung Tiram, Moramo Utara, Konawe Selatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar