Lima belas hari yang lalu
Kau datang bersama sepucuk surat beramplop biru muda dengan bercak putih
Kau dengan gagah berdiri tepat dihadapanku
Lalu dengan gerakan cepat kau dekatkan bibir merah darah nan tipismu tepat ditelingaku yang dilapisi kain tebal berwarna putih
Lima belas hari yang lalu
Aroma kerinduan seketika menguap memaksa masuk melalui lubang hidungku
Ketika bibir merah darah nan tipisku mendarat mulus ditelingamu yang dilapisi kain tebal berwarna putih
Membisikkan sesuatu kepadamu
Lima belas hari yang lalu
Sesimpul senyum tipis yang kau rajut bersamaan dengan mendaratnya bibir merah darah nan tipismu ditelingaku yang dilapisi kain tebal berwarna putih
Membuat terangsang seluruh kerinduan lalu menguap
Memaksa masuk melalui lubang hidungmu
Sedetik dua detik
Sirna ditelan perputaran waktu
Lima belas hari yang lalu
Sesimpul senyum tipis yang berhasil kurajut diwajahmu akhirnya sirna ditelan perputaran waktu tatkala ku akhiri pendaratan mulus bibir merah darah nan tipisku ditelingamu yang dilapisi kain tebal berwarna putih
Menyisakan bekas merah yang menyatu dengan sejuta partikel kerinduan yang menguap dari kerudung putihmu
Lima belas hari yang lalu
Kau datang kembali sayang
Membawa sepucuk surat beramplop biru muda dengan bercak putih
Berdiri gagah dihadapanku
Membisikkan kalimat manis dan menyenangkan
Menguapkan seluruh kerinduan dari kerudung putihku
Lima belas hari yang lalu
Kau datang kembali sayang
Merajut harapan - harapan
Merajut kebahagiaan
Merajut senyum indah di bibirku
Tapi tidak dipelupuk mataku
Lima belas hari yang lalu
Kau menghancurkan kerinduanku
Dipelupuk mataku
Kau bunuh dengan tega kebahagiaan dipundakku
Kau butakan pelupuk mataku
Lima belas hari yang lalu
Aku cukup tahu
Rindu yang tak kunjung menguap dari kerudung putihku
Aku cukup paham jarak ini
Jarak yang tidak dekat
Lima belas hari yang lalu
Cukup untuk mengembalikan rindumu yang dititip Tuhan kepadaku
Cukup untuk menyatakan betapa inginnya diri ini dirindukan oleh dirimu
Tapi pantaskah rindu ini menghamba kepadamu
Sedangkan yang pemilik rindu tak kuhambakan diri padanya?
Ah aku lupa satu hal
Sejak lima belas hari yang lalu
Kau yang menghamba kepada yang berhak disembah lalu menyebut namaku dalam bisik - bisik centil yang bahkan malaikat muak dengan seluruh kecentilan bisik itu?
Aku sesungguhnya hanya pelacur kecilmu yang bersembunyi dibalik kerudung putihnya
Karena tak ingin ada yang tahu betapa rindu diri ini akan dirimu, sentuhan tanganmu dan bibir merah darah nan tipismu
Hanya kau dan Tuhan yang tahu
Sejak lima belas hari yang lalu
Aku adalah pelacur kecilmu yang hanya akan kau cicipi dan kau lumat habis baju dan rok abu - abuku dalam do'a dan dalam ikatan halal bahkan dalam sujud - sujud terakhirmu diatas sajadah
Kendari, Sulawesi Tenggara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar